Thursday, October 14, 2010

Senandung Hari

  
     Ketika semburat merah membayang di batas pandang, kumulai hariku. Ditandai dengan merekahnya kuncup bunga dan embun-embun yang tersipu malu dibalik kelopaknya. Ketika kesadaran kembali bangkit dan bebas dari jeratan sulur-sulur impian. Burung-burung berterbangan meninggalkan sarangnya yang nyaman, 'tuk cari keemasan padi dan legitnya biji-bijian yang lahir dari sela-sela kebijakan Dewi Alam.

     Kala mentari perkasa di puncak singgasananya, semesta pun terasa berteriak. Dunia gegap gempita dan bising dengan suara nafsu dunia mahluk yang tiada habisnya. Hasrat terpapar di dunia bagaikan air bah yang menutup desa Nuh as. Saat panas menyebar, menghanyutkan kepingan perasaan manusia yang tersisa.

    Kini mentari terlihat sayu dan lemah. Sisa-sisa semangatnya mencoba terangi sore yang mulai dingin. Tubuhnya mulai tenggelam dibalik gelombang-gelombang laut. Semua mahluk pun kembali ke dalam pangkuan kasih sayang induknya, dalam perlindungan rumah yang mungil dan hangat.

     Waktu berganti dan tampaklah bulan dengan senyumnya yang ramah. Cahayanya lembut menyelimuti gelapnya malam. Dengan indahnya, malam menyanyikan lagu pengantar tidur melalui desiran angin dan gesekan daun. Alam pun kembali tersentuh oleh sihir Morpheus, dan kesenyapan menjadi kawan kegelapan, hingga esok hari tiba.

~galih~
31 Mei 2004
10:50

No comments:

Post a Comment